MATERIALS, LABOR, AND INVENTORY MANAGEMENT

Biaya perolehan material

Pada umumnya material dinilai sebesar harga yang dibayar kepada penjual.
Acqusition  costs (mulai order pembelian s.d. pencatatan) di catat sebagai factory overhead.

Diskon

Trade discount dan quantity discount tidak dicatat (dicatat net-nya).
Cash discount di catat kredit pada akun Cash Discount.

Freight-In (ongkos angkut masuk)

  1. Dialokasikan ke material berdasarkan harga, berat, atau faktor lain.
  2. Di catat dalam akun freight in.  Apabila ada permintaan material untuk produksi maka freight in dialokasikan ke WIP (direct material) atau FOH control (indirect material).  Saldo freight in pada akhir tahun dibebankan ke COGS atau dialokasikan ke COGS dan ending inventory.
  3. Di catat dalam akun freight in dan Freight-in dimasukkan ke akun FOH control. 

Economic Order Quantity (EOQ)

Adalah jumlah pemesanan persediaan yang meminimalkan biaya persediaan (biaya pemesanan dan biaya penyimpanan).

RU = required unit (kebutuhan selama satu tahun)
CO = cost per order (biaya satu kali pemesanan)
CU = cost per unit (harga per unit)
CC = carrying cost percentage (persentase biaya penyimpanan dari harga beli)



Ilustrasi:
Permintaan selama satu tahun (RU) = 2.400 unit
Harga beli per unit (CU) = $0,75
Biaya pesan (CO) = $20 per order
Biaya penyimpanan = 20%



Jika ada diskon pembelian dalam jumlah tertentu maka rumus di atas tidak berlaku, harus dihitung satu per satu untuk mendapatkan jumlah pemesanan paling ekonomis.

Rumus EOQ di atas bisa diterapkan untuk menghitung jumlah produksi yang paling ekonomis, dengan keterangan sebagai berikut:

RU = required unit (kebutuhan/produksi selama satu tahun)
CO = biaya satu kali setup mesin
CU = biaya variable per unit
CC = carrying cost percentage (persentase biaya penyimpanan dari harga beli)

Kapan harus memesan? (titik pemesanan kembali / reorder  point)

Lead time = waktu dari pesan sampai barang datang (waktu tunggu)

Safety stock
=
jumlah minimal yang dipertahankan

=
(lead time max – lead time rata-rata) x kebutuhan rata-rata


Pesan barang jika jumlah persediaan (reorder point)
=
Persediaan selama lead time + safety stock
=
(Kebutuhan rata-rata x lead time) + safety stock

Ilustrasi:
Kebutuhan rata-rata : 10 unit per hari
Lead time rata-rata : 2 hari
Lead time maksimal : 3 hari

Kapan pesan?
Jawab :
Safety stock = (3 – 2) x 10 unit = 10 unit
Pesan barang jika jumlah persediaan (reorder point) = (2 x 10) + 10 unit = 30 unit

Jika persediaan yang ada 100 paket, berapa hari lagi harus memesan?

Persediaan yang ada                                                               :           100 unit
Reorder point                                                                          :             30 unit
                                                                                                --------------------
Persediaan yang masih bisa dipakai s.d. reorder point           :             70 unit

Persediaan 70 unit bisa dipakai selama 7 hari (70 : 10)
Jadi 7 hari lagi harus memesan.

Berapa jumlah safety stock?

Ilustrasi:
Jumlah pemesanan 10 kali dalam setahun.
Cost of a stockout = $30
Carrying cost = 0,50 per unit per tahun

Probabilitas stockout adalah sbb:

Safety stock (in unit)
Probability of stockout
0
40%
50
20
100
10
200
5

Total stockout cost dan carrying cost adalah sbb:

Safety stock
Expected stockout per year
Total stockout cost
Total carrying cost
Total stockout and carrying cost
0
4,0*
$120
0
$120
50
2,0
60
$25
85
100
1,0
30
50
80
200
0,5
15
100
115

* Probability of stockout x jumlah pemesanan


Metode Pengendalian Bahan Baku

1.       Metode siklus pesanan (order cyling method) atau metode tinjauan siklus (cycle review method)
Memeriksa secara periodik status jumlah bahan baku yang tersedia untuk setiap item atau kelas.perusahaan yang berbeda menggunakan periode waktu yang berbeda (misalnya 30, 60, atau 90 hari) antar tinjauan dan dapat menggunakan siklus yang berbeda untuk jenis bahan baku yang berbeda.

2.       Metode minimum – maksimum ( min – max method)
Didasarkan pada pernyataan bahwa jumlah dari sebagian besar item persediaan berada pada kisaran batas tertentu. Jumlah maksimum untuk setiap item ditetapkan. Tingkat minimum sudah memasukan margin pengaman yang diperlukan untuk mencegah terjadinya kehabisan persediaan selama sikluspemesanan kembali. Tingkat minimum menentukan titik pemesanan kembali, dan jumlah pesanan sama dengan selisih antara tingkat maksimum dengan tingkatminimum. Metode ini dapat didasarkan pada observasi fisik, atau dapat dimasukan kedalam sistem akuntansi

3.       Metode dua tempat.
Dalam metode ini, setiap item persediaan disimpan dalam 2 tempat, tumpukan, atau kumpulan. Tempat pertama berisi persediaan yang mencukupi untuk penggunaan yang terjadi selama periode antara penerimaan suatu pesanan dengan penempatan pesanan berikutnya. Tempat yang kedua berisi jumlah normal yang digunakan dari tanggal pemesanan sampai dengan tanggal pengiriman plus persediaan pengaman. Apabila persediaan di tempat yang pertama kosong dan persediaan di tempat kedua mulai digunakan, maka bukti permintaan pembelian untuk pemasokan baru di buat.

4.       Pengendalian selektif.
Dalam pengendalian selektif, yang juga disebut dengan rencana ABC, signifikansi biaya dari setiap item dievaluasi. Item di klasifikasikan ke dalam tiga kategori. Item yang nilainya tinggi dan merupakan item penting, disebut item A, berada dalam tingkat pengendaliaan yang paling ketat. Item yang nilainya menengah, disebut item B, berada dalam tingkat pengendalian yang moderat. Item yang bukan merupakan item yang penting dikendalikan menggunakan pengendaliaan fisik yang sederhana, seperti metode dua tempat.

Manajemen Inventory

Manajemen inventory mencakup aktivitas proses perencanaan, pengkoordinasian, dan pengendalian atas pergerakan inventory – baik inventory yang masuk, proses produksi, maupun inventory yang keluar – dalam organisasi perusahaan. Setiap aktivitas ini mengkonsumsi biaya, dus manajemen inventory dimaksudkan untuk mengendalikan semua biaya yang terkait dengan inventory.
Biaya-biaya yang terkait dengan inventory diklasifikasikan dalam enam kategori:
  • Purchasing costs adalah cost barang yang diperoleh dari pemasok, termasuk di dalam costini adalah biaya angkutan barang masuk (freight-in costs). Umumnya, nilai purchasing costsmerupakan komponen cost terbesar dari beban pokok penjualan.
  • Ordering costs adalah cost yang timbul dari aktivitas penyiapan dan penerbitan orderpembelian, penerimaan, dan inspeksi barang-barang. Ordering costs ini termasuk aktivitas pencocokan barang-barang yang diterima dengan faktur dan aktivitas transaksi pembayaran.
  • Carrying costmerupakan cost yang timbul dari penyimpanan inventory sampai inventorytersebut dijual. Termasuk dalam carrying cost ini adalah Opportunity cost atas nilai investasi dalam inventory, biaya simpan, seperti sewa gudang, asuransi, dan biaya dari nilai kadaluwarsa barang.
  • Stockout costs adalah cost yang terjadi karena perusahaan mengalami ketiadaan stock untuk memenuhi permintaan konsumen. Perusahaan harus segera mengisi inventory untuk memenuhi permintaan konsumen atau menderita kerugian karena perusahaan tidak bisa memenuhi order permintaan dari konsumen. Umumnya, perusahaan merespon kehabisan inventory ini dengan cara order khusus ke pemasok untuk segera mengirim barang ke perusahaan. Biasanya harga yang dibebankan pemasok lebih mahal dibandingkan harga inventory pada kondisi order pembelian biasa. Selain itu, termasuk dalam stockout costs adalah Opportunity cost yang ditanggung perusahaan karena perusahaan kehilangan contribution margin atas order penjualan yang tidak bisa dipenuhi.  Opportunity cost ini tidak kita temukan dalam laporan keuangan perusahaan, meskipun perusahaan bisa menghitung nilai kerugian dari Opportunity cost atas stockout cost
  • Costs of quality adalah cost yang terjadi manakala fitur atau karakteristik produk perusahaan tidak sesuai dengan harapan konsumen. Kategori cost of quality ini adalah: prevention, appraisal, internal failure, dan external failure.
  • Shrinkage adalah perbedaan dalam biaya inventory antara nilai inventory menurut catatan pembukuan perusahaan dengan nilai inventory yang dihitung dengan pemeriksaan fisik inventory (stock opname). Penyebab perbedaan nilai ini karena kerusakan, misclassification, pencurian, dan kesalahan administrasi pencatatan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROCESS COSTING

FACTORY OVERHEAD: DEPARTEMENTALIZATION

JOB ORDER COST SYSTEM